Konon, kenapa di namakan dengan Gunung Budhed karena dulu ada seseorang yang bernama Joko yang dikutuk oleh ibunya menjadi tuli atau dalam bahasa jawanya disebut "budheg" serta menjadi batu. Joko tersebut dikutuk karena tidak mau menjawab saat di panggil ibunya karena pada saat itu dia sedang kasmaran berat dengan seorang gadis bernama Roro Kembang Sore. Apakah cerita ini asli? Entahlah. Tapi ada juga cerita versi lain tentang Jaka Caping dan mungkin masih ada yang lain lagi.  Yang jelas bentuk patungya pun juga tidak mirip-mirip amat seperti patung manusia. Malahan terkesan seperti tumpukan batu-batu besar.
Sebesar apa? Kata orang yang pernah melihat langsung ke atas sana memang besar batunya. Seukuran rumah lah, kata tetangga saya yang dulu pernah ke sana. Dan, ini foto dari Patung Joko Budeg yang pernah saya ambil.  Memang batu tersebut terlihat cukup jelas jika kita melihat dari sebelah barat tepatnya dari kaki gunung Budheg yang ada di Desa Tanggung.  Tepatnya jika Anda dari arah kota Tulungagung, Anda bisa terus ke selatan hingga sampai perempatan Desa Tanggung yang berada di selatan Pom Bensin. Dari perempatan tersebut Anda ke kiri kira-kira satu kilometer dan Anda bisa belok ke kiri setelah sampai pertigaan. Dalam perjalanan tersebut Anda bisa melihat dengan jelas gunung ini dari bawah jika Anda menengok ke sebelah kiri. Walaupun gunung ini sudah terlihat dari kota Tulungagung, tapi Anda akan bisa melihat dari jarak yang sangat dekat dari sini. Dan bila Anda meneruskan perjalanan ke selatan, batu-batu yang merupakan kaki Gunung Budheg akan sangat terlihat dengan jelas karena batu-batu tersebut tepat berada di pinggir jalan sebelah kiri selama perjalanan anda.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top